Hidup itu Bukanlah Perkara Durasi, Tapi Sebuah Kontribusi
Ketika Sore Menjelang Magrib hujanpun datang tanpa bisikan di awal mula. terdengar Shalawatan Anak-anak yang Ikhlas tanpa rasa ria menjadikan hidup bukanlah durasi seperti suara TOA, tapi bagaimana kita bisa berguna mesti Risih didengar telinga Warga, namun itu tetap harus di suarakan sebagai Pendobrak keadaan yang tidak sesuai dengan sisi pemikiran yang seharusnya.
Ketika banyaknya permasalahan bangsa yang ditulis di dinding media, menjadi bahan pembicaraan para Aktivis yang enggan berpikir panjang terhadap suasana hari ini, berpikirnya jadi buntu dan menular kepada para generasi binaan di Aliansi, dan itu yang paling di takutkan oleh Orang Tua yang punya jiwa sosialis tinggi.
Peluang Usaha di saat pandemi dan suasana negara dalam pemulihan ekonomi dirasakan sangat susah sampai ke tingkat nurani. Kehadiran Program Bansos yang datang, mirip musim kemarau panjang yang ditimpa hujan sesaat, keringnya tanah yang tiba-tiba basah menghadirkan aroma menyengat dan menusuk hidung para umat.
kesibukan yang pernah dibatasi hampir menjadi kebiasaan yang mencelakai pemasukan ekonomi roda sakinah, dan rebahan yang terlalu lama jadi kebiasaan lama yang tak kunjung bangkit lagi, dan dianggap hilang tanpa batas.
Pada akhirnya Solusi yang ditawarkanpun hanya obrolan kecil di warung kopi tanpa mukadimah dan perencanaan yang matang, sementara dinamika di depan mata adalah pekerjaan rumah yang siap menerka dikala mereka lengah. Adapun kemungkinan bisa berdamai dengan naluri sebagai Agen perubahan, disimpan dalam hati yang enggan di keluarkan dalam diskusi.
Pandemi bukan alasan untuk tidak unjuk gigi, kebangkitan Aliansi baru generasi bukan lagi perkara durasi hari ini, tapi bagaimana kita bisa berkontribusi pada permasalahan yang haus akan punya Solusi.
No comments for "Hidup itu Bukanlah Perkara Durasi, Tapi Sebuah Kontribusi"
Post a Comment